Friday 23 November 2012

Lebih Lama

Dear, you. Another A.

Waktu itu, saya pernah berada di dekat kamu. Cukup lama. Bertatapan (tentu saja tatapan ini hanya berselang sepersekian detik karena saya tidak kuasa melihat pancaran mata milik kamu). Dan seketika, jantung saya berdesir. Rasanya nyeri. Nyeri tapi menyejukkan. Dan yang saya tahu saat itu adalah pernyataan bahwa,

Saya ingin memiliki kamu. Seutuhnya.
Saya hanya ingin bersama kamu lebih lama.

Bukan hanya sepersekian detik.
Tetapi sepersekian windu dan dekade. Atau mungkin lebih.
Intinya, saya ingin bersama kamu - berada di dekat kamu lebih lama.

Tapi sekarang saya tidak tahu harus mundur atau bagaimana.
You tweeted "I love you sure," couple days ago.
Dan saya bisa langsung mengira siapa you itu. Itu pasti dia. Seseorang yang kamu tunggu dan kamu harapkan. Seseorang dari masa lalu kamu. Bukan dari present atau future. Tapi dari past. Masa lalu kamu.

Jadi..., saya harus mundur?
Begitu?

Kalau bisa, saya akan mengatakan saya (pernah) menyukai kamu tanpa harus takut ditolak.
Hanya jika saya bisa.

Sudah, biarkan saja. Tak mengapa jika perasaan ini terkikis. Karena saya pernah mengatakan bahwa perasaan ini akan segera terkikis. Soon, entah kapan dan karena setidaknya saya pernah menyukai kamu. Dan saya masih punya banyak waktu untuk memperhatikan dan menulis tentang kamu lebih lama dan lebih banyak lagi. Terimakasih, ya. :)

Tuesday 20 November 2012

Untitled

I love you like that - yeah, just like that. Diam-diam - memberikan kode-kode tersimpan dan memperhatikan dari jauh.

Itu cara saya mencintai seseorang. Jadi jangan heran. Saya - sungguh - sangat menikmati cara yang seperti itu. Walau saya tahu cinta kesumat ini tak akan pernah sampai dan kesempatan saya untuk terluka lagi untuk yang kesekian kali amatlah mungkin. Bahkan banyak.

Jadi..., biarkan saja saya mencintai kamu seperti ini. Tanpa balasan pun tak apa. Asalkan jangan pernah paksa saya untuk berhenti. Karena saya dan kamu sama-sama tahu kalau perasaan ini akan terkikis dengan segera. Soon. Entah kapan.

Friday 16 November 2012

Kala Itu..,

Kala itu, saya menemukan kamu. Yang sedang duduk di pojok ruangan. Dengan mata terpejam dan handsfree yang sedang menggantung di kedua telingamu. Saya melihat sesuatu terpancar dari diri kamu yang masih memejamkan mata itu. Sesuatu yang luar biasa. Lalu dengan cepat saya langsung mengalihkan pandangan. Takut ke gap sedang memperhatikan kamu.

Kala itu, - masih di tempat yang sama, saya menemukan kamu lagi. Tertidur. Dengan tas berisi buku-buku yang kamu gunakan sebagai sandaran untuk kepalamu. Saya memperhatikan kamu sekilas, lalu saya beralih lagi. Masih takut ke gap sedang memperhatikan kamu.

Setelah itu, semua hal tampak biasa saja. Tidak ada yang aneh. Sampai belakangan saya mengetahui bahwa kamu masih ingin memiliki seseorang dari masa lalu kamu. Sudah. Berhenti sampai disitu. Tidak ada lagi acara mencuri-curi pandang ke arahmu. Sudah selesai. Semuanya. Saya mundur.

***

Lalu belakangan - baru-baru ini, saya kembali melihat sesuatu terpancar dari dalam diri kamu. Sesuatu yang luar biasa. Seperti layaknya magnet, kamu kembali menarik perhatian saya untuk kembali mencuri pandang ke arah kamu. Sampai saat ini.

***

Kala itu - kala saat saya pertama kali melihat kamu, saya sudah bisa menduga sesuatu akan terjadi pada diri saya yang dipengaruhi oleh kamu. Tapi saya menolaknya. Berusaha menyingkirkan berbagai what ifs karena saat itu hati saya sudah terlanjur dimiliki oleh orang ber-ras Mongoloid yang berada nun jauh disana. Lalu kamu kembali hadir. Ya, kamu hadir. Membawa perubahan - yang tidak lama lagi akan segera saya rasakan.

You've changed my life, another A. Sorta. Dan saya tidak tahu harus berterimakasih atau tidak. Maaf :(

Thursday 15 November 2012

Apa Kamu Tahu..? (note)

Dear, kamu. si-tanpa-huruf-A-besar.

Apa kamu tahu bahwa kamu telah sukses menawan hati saya?
Apa kamu tahu bahwa kamu satu-satunya pria yang berhasil membuat saya "mencintai" orang lain selain pria ber-ras mongoloid itu?
Apa kamu tahu bahwa kamu satu-satunya pria perokok yang dengan suksesnya menawan hati saya dan menatanya hingga sedemikian rupa?
Apa kamu tahu kalau jantung saya dapat berpacu lebih cepat dari biasanya saat tangan kita bersentuhan tanpa sengaja?
Apa kamu tahu kalau hati saya kadang berdesir saat kamu menyerukan nama saya?
Apa kamu tahu berapa banyak kata-kata yang telah saya curahkan tentang kamu dalam kurun waktu 4 hari ini?
Apa kamu tahu kalau saya pernah menangis tanpa alasan yang jelas saat saya memikirkan kamu?
Apa kamu tahu kalau saya selalu memperhatikan kamu melalui ekor mata saya?

Lebih dari itu, dan Demi Apapun yang ada di dunia ini,

Apa kamu tahu kalau saya menyukai kamu?

***

If I Should Love Again - Nina

Oh my love
You were the only one
Now you're gone and I'm alone

You left something behind. Me. -You Left Something Behind, beradadisini

All my friends
They say what's done is done
I pretend
But deep inside I know

Apa semuanya sudah berakhir? Belum. Perasaan saya belum berakhir - masih belum terlihat dimana ujungnya.


If I should love again
If I find someone new
It would be make-believe
For in my heart
It would be you


Itu akan tetap kamu, kan? Tidak akan berubah, kan? Tolong jawab "iya". Tolong. Saya maunya kamu.

And thought I hold him close
And want him now and then
I'll still be loving you
If I should love again


Karena saya akan tetap mencintai kamu. Tak peduli kamu berada di peringkat berapa di dalam hati saya. Atau setidaknya jika tiba hari itu, hari dimana saya tidak mencintai kamu lagi, ingatlah bahwa setidaknya saya pernah mencintai kamu. Sepenuh hati saya. Tanpa ada paksaan, tanpa ada tuntutan. Karena hati yang memilih.


All day long
I keep remembering
All the night
I think of you


Saya selalu memikirkan kamu. Terutama setiap malam. Sebelum saya beranjak terlelap di telan kelamnya malam. Saya selalu menyiapkan mental saya - bersiap-siap. Siapa yang tahu kalau tiba-tiba saya bermimpi tentang kamu?

All my life
You'll be the song I sing
I'll get by
But this I swear is true


But this I swear is true - waktu saya bilang bahwa saya (pernah) mencintai kamu. :)

***

What if someone had stolen your place in my heart?
What if that day has come?
What if I can't love someone like I ever was doing - to you?

***

Saya harus mengakui sesuatu.
Kamu, si-tanpa-huruf-A-besar sukses menawan hati saya. Kamu hebat, another a. Well done.

Wednesday 14 November 2012

Date A Girl Who Writes (rebloged)

Date a girl who writes.
Date a girl who may never wear completely clean clothes, because of coffee stains and ink spills. She’ll have many problems with her closet space, and her laptop is never boring because there are so many words, so many worlds that she’s cluttered amidst the space. Tabs open filled with obscure and popular music. Interesting factoids about Catherine the Great, and the immortality of jellyfish. Laugh it off when she tells you that she forgot to clean her room, that her clothes are lost among the binders so it’ll take her longer to get ready, that her shoes hidden under the mountain of broken Bic pens and the refurbished laptop that she’s saved for ever since she was twelve. 
Kiss her under the lamppost, when it’s raining. Tell her your definition of love.
Find a girl who writes. You’ll know that she has a sense of humor, a sense of empathy and kindness, and that she will dream up worlds, universes for you. She’s the one with the faintest of shadows underneath her eyelids, the one who smells of coffee and Coca-cola and jasmine green tea. You see that girl hunched over a notebook. That’s the writer. With her fingers occasionally smudged with charcoal, with ink that will travel onto your hands when you interlock your fingers with her’s. She will never stop, churning out adventures, of traitors and heroes. Darkness and light. Fear and love. That’s the writer. She can never resist filling a blank page with words, whatever the color of the page is.
She’s the girl reading while waiting for her coffee and tea. She’s the quiet girl with her music turned up loud (or impossibly quiet), separating the two of you by an ocean of crescendos and decrescendos as she’s thinking of the perfect words. If you take a peek at her cup, the tea or coffee’s already cold. She’s already forgotten it.
Use a pick-up line with her if she doesn’t look to busy.
If she raises her head, offer to buy her another cup of coffee. Or of tea. She’ll repay you with stories. If she closes her laptop, give her your critique of Tolstoy, and your best theories of Hannibal and the Crossing. Tell her your characters, your dreams, and ask if she gotten through her first novel.
It is hard to date a girl who writes. But be patient with her. Give her books for her birthday, pretty notebooks for Christmas and for anniversaries, moleskins and bookmarks and many, many books. Give her the gift of words, for writers are talkative people, and they are verbose in their thanks. Let her know that you’re behind her every step of the way, for the lines between fiction and reality are fluid.
She’ll give you a chance.
Don’t lie to her. She’ll understand the syntax behind your words. She’ll be disappointed by your lies, but a girl who writes will understand. She’ll understand that sometimes even the greatest heroes fail, and that happy endings take time, both in fiction and reality. She’s realistic. A girl who writes isn’t impatient; she will understand your flaws. She will cherish them, because a girl who writes will understand plot. She’ll understand that endings happen for better or for worst.
A girl who writes will not expect perfection from you. Her narratives are rich, her characters are multifaceted because of interesting flaws. She’ll understand that a good book does not have perfect characters; villains and tragic flaws are the salt of books. She’ll understand trouble, because it spices up her story. No author wants an invincible hero; the girl who writes will understand that you are only human.
Be her compatriot, be her darling, her love, her dream, her world.
If you find a girl who writes, keep her close. If you find her at two AM, typing furiously, the neon gaze of the light illuminating her furrowed forehead, place a blanket gently on her so that she does not catch a chill. Make her a pot of tea, and sit with her. You may lose her to her world for a few moments, but she will come back to you, brimming with treasure. You will believe in her every single time, the two of you illuminated only by the computer screen, but invincible in the darkness.
She is your Shahrazad. When you are afraid of the dark, she will guide you, her words turning into lanterns, turning into lights and stars and candles that will guide you through your darkest times. She’ll be the one to save you.
She’ll whisk you away on a hot air balloon, and you will be smitten with her. She’s mischievous, frisky, yet she’s quiet and when she has to kill off a lovely character, when she cries, hold her and tell her that it will be alright. 
You will propose to her. Maybe on a boat in the ocean, maybe in a little cottage in the Appalachian Mountains. Maybe in New York City. Maybe Chicago. Baltimore. Maybe outside her publisher’s office. Because she’s radiant, wherever she goes. Maybe even outside of a cinema where the two of you kiss in the rain. She’ll say that it is overused and clichéd, but the glint in her eyes will tell you that she appreciates it all the same.
You will smile hard as she talks a mile a second, and your heart will skip a beat when she holds your hand and she will write stories of your lives together. She’ll hold you close and whisper secrets into your ears. She’s lovely, remember that. She’s self made and she’s brilliant. Her names for the children might be terrible, but you’ll be okay with that. A girl who writes will tell your children fantastical stories.
Because that is the best part about a girl who writes. She has imagination and she has courage, and it will be enough. She’ll save you in the oceans of her dreams, and she’ll be your catharsis and your 11:11. She’ll be your firebird and she’ll be your knight, and she’ll become your world, in the curve of her smile, in the hazel of her eye the half-dimple on her face, the words that are pouring out of her, a torrent, a wave, a crescendo - so many sensations that you will be left breathless by a girl who writes.
Maybe she’s not the best at grammar, but that is okay.
Date a girl who writes because you deserve it. She’s witty, she’s empathetic, enigmatic at times and she’s lovely. She’s got the most colorful life. She may be living in NYC or she may be living in a small cottage. Date a girl who writes because a girl who writes reads.
A girl who writes will understand reality. She’ll be infuriating at times, and maybe sometimes you will hate her. Sometimes she will hate you too. But a girl who writes understands human nature, and she will understand that you are weak. She will not leave on the Midnight Train the first moment that things go sour. She will understand that real life isn’t like a story, because while she works in stories, she lives in reality. 
Date a girl who writes. 
Because there is nothing better then a girl who writes.
But I don’t like to write :(

rebloged from this

But I like - even love to write :'')

Jangan Paksa Saya Untuk Berhenti...,

Jangan paksa saya untuk berhenti menulis.
Karena itu sia-sia dan saya akan terus menulis.
Jadi maaf - maaf sekali kalau saya sering menulis - tentang kamu.
Karena hanya kamu yang selalu malang melintang di pikiran saya saat ini.
Iya, kamu. Kamu si-tanpa-huruf-A-besar.
Kamu yang tidak sipit. Dan kamu yang tadi hanya berjarak beberapa sentimeter dari saya.

Jangan paksa saya untuk berhenti memikirkan kamu, si-tanpa-huruf-A-besar.
Karena itu sia-sia. Kenapa? Karena dengan seiring berjalannya waktu, perasaan itu (mungkin) akan memudar, mengikis dan hilang.
Jadi jangan paksa saya.
Biar begini saja.

Tadi saya pikir kamu menghindar dari saya. Tapi ternyata tidak. Kamu masih seperti biasa. Santai, cuek, slengean dan lucu. Dan tadi kami juga mengobrol. Masih membicarakan hal-hal yang sepele. Dan saya menyukainya. Sungguh. Caramu tertawa, berbicara dan menyerukan nama saya.

Saya suka. Jadi jangan pernah paksa saya untuk berhenti. Berhenti menulis, memikirkanmu dan menyukaimu.

***

I don't want keep secret with me to death. But I'm afraid. Yes, the only reason is..., I'm afraid. I'm afraid to admit that I had fallen in love with you - for the second time. In a same hole. A hole named love. ***

Tuesday 13 November 2012

Selamat Malam

4 tulisan tentang diA dalam kurun waktu 2 hari.
Bagaimana kalau perasaan ini akan semakin memudar seiring berjalannya waktu?
Dan jika telah tiba hari itu - dimana perasaan saya kepada diA akan semakin memudar, saya akan tetap mengagumi diA tanpa ada yang harus dikorbankan.

Tak ada yang dikorbankan, dan tak ada cinta kesumat yang terurai.
Hanya ada saya dan diA dengan persaan yang biasa-biasa saja.

Ini tulisan terakhir saya tentang diA untuk malam ini. Masih ada hari esok, berlembar-lembar kertas dan waktu yang tersedia untuk menulis tentang kamu, si-tanpa-huruf-A-besar. Selamat malam :)))

May I?

Boleh saya memiliki senyum kamu, Another A?
Boleh saya membingkainya di dalam hati saya?

Ada puluhan foto kamu - yang jarang sekali menampilkan senyum di file komputer saya.
Dan saya ingin memilikinya.
Kamu - dan senyum "irit"mu itu.

Dan gambaran dirimu.

Yang sedang mengapit sebatang rokok di antara jari tengah dan telunjuk itu.
Yang sedang tertawa, bukan di dalam small-screen kamera saya atau foto-foto milikmu di situs jejaring sosial, tapi di dunia nyata - di dunia saya.
Kamu yang selalu bernyanyi di dalam kelas dan entah apa lagu yang sedang kamu senandungkan itu.
Kamu yang sedang menyalin catatan dan pekerjaan milik saya.

Hei, Another A. Apa kamu tidak sadar bahwa kamu selalu diikuti oleh tatapan dari ekor mata saya?
Kamu selalu menjadi objek saya, kamu tahu?
Lalu kapan saya bisa menjadi objek kamu?
Kapan-kapan.

(Tidak biasanya saya tertarik dengan pria yang merokok. Entah pesona apa yang mampu menarik saya jatuh ke dalamnya. Mungkin karena kamu baik? Hehehe)

Air (mata) Hujan

Saya sedang sibuk dengan PC saya. Sedang men-stalk twitter milik diA. Dan tiba-tiba hal itu terjadi lagi. Ini sudah yang kedua kali. For no reason, air mata saya jatuh. Padahal nggak ada yang sedih. Heran.

Lalu saya mendengar suara hujan. Nadanya yang monoton tapi tetap terdengar indah di telinga. Saya menoleh ke arah jendela, langitnya gelap. Gelap, hujan, dan beberapa lagu sendu yang mengalun lembut dari Media Player Classic. Perfect. Saya selalu suka saat-saat seperti ini. Sungguh.

Dan hujan tiba-tiba saja berhenti. Dan tanpa sadar air mata saya juga berhenti. Seperti ada suatu hubungan khusus antara saya dan hujan. Tak ada lagi air mata, tak ada lagi sendu.

Tapi sayang, tak ada kamu.

Saya belum sempat mengucapkan ini jadi.., selamat musim penghujan, kamu. :)

(bukan kAmu. tapi kamu. iya, kamu. kamu tanpa huruf A besar. kamu yang itu, yang akhir-akhir ini mampu membuat hati saya menjadi sendu dan teduh. iya, kamu.)***

diA

Saya takut akan tiba suatu hari dimana saya tidak menginginkan kAmu lagi. Tapi diA.

***

Demi Tuhan, kAmu itu jauh. Sedangkan diA dekat. Saya dan diA terpisahkan oleh jarak yang hanya beberapa kilometer. Dan kAmi bisa berada sangat berdekatan saat kAmi di sekolah. kAmi hanya terpisah oleh satu meja saja. Dan kAmi bertemu hampir lima kali dalam seminggu. kAmi sering berbicara tentang segala hal. Bahkan hal-hal sepele yang tidak masuk akal.

Jadi jangan heran kalau rasa itu tiba-tiba tumbuh di dalam hati saya seiring berjalannya detik, menit, jam, hari dan segala komponen alam yang telah ikut berpartisipasi di dalamnya.

***

Tadi malam saya bermimpi tentang diA. We actually made it. Maksudnya kami sudah menjalin hubungan satu tingkatan dari sekadar seorang teman (hahahaha saya malu bilangnya). Tadi kAmi juga sempat mengobrol beberapa hal saat pulang sekolah. Pembicaraan yang tidak begitu berarti tapi masih melekat di dalam memori saya. Terimakasih, another A :)))

Sunday 11 November 2012

The Other A

Di dalam sAyA terdapat 2 A. kAmu dan diA.

kAmu dan diA sama-sama orang baik.

Setengah hati saya dimiliki oleh kAmu dan seperempatnya lagi dimiliki oleh diA. Sekarang hati saya tinggal seperempatnya lagi. Dan saya bingung harus memberikan seperempat hati saya ini untuk kAmu atau diA.

Ah, kAliAn berdua sungguh membuat saya bingung!

Tolong, saya telah jatuh hati kepada diA - untuk yang kedua kalinya. ***

Wednesday 7 November 2012

Wiper


source: google.com

Beberapa hari yang lalu saya habis dari suatu acara. Pulangnya sore, sekitar jam 5. Langit sudah mendung. Gelap. Satu dua tetes hujan sudah turun. Waktu saya masuk mobil masih belum hujan. Tapi gerimis. Dan waktu maghrib sudah beranjak naik, hujan turun. Cukup deras. Tapi masih menyisakan kelabunya langit dan putihnya awan yang menggumpal - membelah langit.

Lalu saya melihat wiper. Perhatian saya tertuju pada sepasang wiper yang bergerak ke kanan dan ke kiri di kaca depan mobil. Dan saya berpikir, "Wiper itu hebat. Mereka pantang menyerah. Mereka tetap bekerja - bergerak dari kiri ke kanan, berusaha untuk menghapus hujan dari kaca mobil." Konyol, memang. Tapi wiper itu memang hebat!

Malam makin beranjak naik. Hujan sudah berhenti tetapi masih menyisakan rintik dan kubangan air di atas aspal yang bolong. Dan wiper masih dengan setia bergerak ke kanan dan ke kiri - memenuhi tugasnya.

Sunday 4 November 2012

Langit Biru dan Musim Semi


Hanya satu pintaku,
'tuk memandang langit biru
di pangkuan hangat milikmu.***

Disana sedang musim semi, kan? Wah, kebetulan sekali. Pasti warna langitnya cerah. Biru cemerlang. Hanya ada goresan awan tipis disana-sini. Pintaku hanya satu. Untuk memandang langit biru di pangkuanmu. Eh, ada satu lagi permintaanku. Memilikimu. Selalu.

Glenn Fredly - Kisah Romantis



Pagi! Kemarin ceritanya saya sama temen saya, Virnanda Ardi lagi galau. Eh, salah. Lagi iseng gitu deh pokoknya. Terus tiba-tiba sebuah ide untuk meng-cover lagunya Glenn Fredly yang berjudul Kisah Romantis terlintas di benak teman saya ini. Jadilah kita meng-cover lagu ini :D Pribadi, saya suka sama lagunya. Suka banget muehehe tapi kalau masih ada salah-salah sedikiiiiit, kami mohon maaf.

Btw, di video ini muka saya gitu banget :|