Monday, 17 December 2012

Hujan Desember

"This is bull." erang Nadine. Kedua matanya memerah. Ia menopangkan kedua tangan di dagunya. Berpikir keras. "Ash, gimana, dong?"

Ashqa yang sedang berjalan menghampiri tempat duduk Nadine sambil membawa croissant dan dua gelas earl grey melongo. "Apanya?"

"He asks me to go.., tonight. I just wonder if he does have brain." Nadine memijat pelipisnya. Ashqa tertawa lalu duduk di hadapan Nadine.

"Santai, Dine. Mungkin dia cuma mau menyelesaikan masalah yang belum selesai. Who knows? I mean, mungkin dia sudah berubah." ujar Ashqa sambil memotong bagian croissant-nya.

Nadine menggedikan kedua bahunya. Meraih telinga cangkir earl grey-nya lalu menyesapnya perlahan. "Hei, Ashqa. Yudha pulang hari ini, kan?"

Ashqa menatap Nadine lalu mengangguk. Raut wajahnya berubah. "Iya. He texted me. Katanya pesawat delay. Mungkin Maghrib baru sampai sini. Gue nggak tahu..." Ashqa tertawa.

Hari ini, Yudha Fatar Ariffian-- Semua orang memanggilnya Yudha atau Arif tetapi Ashqa lebih suka memanggilnya Fatar--kekasih Ashqa kembali ke Jakarta. Ia sedang meraih gelar sarjana hukum di UGM. Sudah 4 bulan Ashqa tidak melihat Fatar. Selama ini mereka hanya dipertemukan lewat Skype dan Ashqa belum puas.

"Nanti mau jemput dia? Atau gimana?" tanya Nadine. Ashqa mengangguk lagi.

"Gue mau jemput dia. Udah lama juga nggak ketemu. Mau ikut sekalian? Kali aja Fatar juga kangen sama Nadine. Siapa tahu?" Kali ini gantian Nadine yang tertawa.

"Memang gue siapanya Yudha?" tanya Nadine di sela tawanya. "Um, mungkin lain kali. Hari ini banyak kerjaan. Tapi janji, ya, kapan-kapan ajak dia makan siang bareng."

"Sure." ujar Ashqa tersenyum. "Eh, Nad. Duluan, ya. Takut macet. See you tomorrow." Ashqa melangkah keluar dari dalam cafetaria. Ia mendengar Nadine berkata setengah berteriak,

"Take care, Hun."

***

Bandara petang itu sangat ramai. Banyak orang berlalu-lalang di terminal kedatangan. Ashqa mengedarkan pandangan ke seluruh bagian terminal. Tidak menemukan yang ia cari, Ashqa segera menepi dari kerumunan dan menelepon seseorang. Fatar. Tersambung. Dering pertama, kedua, ketiga sampai dering kesepuluh tak ada jawaban.

Nyaris putus asa, Ashqa mencoba lagi. Dering pertama, dering kedua, dan di dering ketiga terdengar suara berat dari seberang sana.

"Fatar? Fatar di mana? Aku lagi di..., eh bentar, bentar.., aku lagi di depan Burger King. Fatar kesini aja. Aku tunggu....., halo--Fatar? Aduh nyambung nggak, sih? Kok nggak dijawab...? Fat-....." Ashqa mendengus saat sambungan teleponnya terputus - atau entah Fatar sendiri yang memutusnya.

Ashqa kembali mengedarkan pandangan ke sekeliling. Saat Ashqa ingin beranjak pergi, seseorang menahan lengannya. Ashqa menoleh. Matanya melebar tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Sebersit keharuan terpancar dari sinar matanya.

"Fatar?"

***

Saat keluar dari terminal kedatangan, Fatar sudah menangkap sosok gadis itu. Dengan rambut hitam lurus sepunggung dan poni yang dijepit begitu saja ke atas dan menyisakan beberapa helai di dahinya. Di dalam balutan blouse berwarna putih yang dimasukkan ke dalam rok selutut berwarna cokelat dan sepatu flat berwarna cokelat tua.

Gadis itu menepi keluar dari kerumunan orang-orang di dalam terminal. Gadis itu meraih ponsel dan menempelkannya di telinga. Gadis itu terlihat bingung. Ia mengigit bibir. Lalu berusaha menelepon sekali lagi.

Fatar tersadar. Gadis itu berusaha meneleponnya. Fatar merogoh saku kemejanya. Ponselnya bergetar. Benar saja. Ashqa calling. Fatar menekan tombol answer. Berkata 'halo' lalu sedetik kemudian suara gadis itu menggema di kedua telinganya. Ada kerinduan di dalam suara itu. Dan Fatar tahu - bahkan selalu tahu. Kedua sudut bibir Fatar terangkat. Ia tidak menanggapi celotehan gadis itu. Ia hanya tersenyum sambil berjalan menemui gadis itu. Fatar merindukan gadis itu. Gadis yang bernama Ashqa.

Kini Fatar sudah berdiri tepat di belakang Ashqa yang memunggunginya. Fatar memutuskan sambungan telepon. Ia bisa mendengar gadis itu berkata sesuatu yang berupa gerutuan. Saat gadis itu hendak berjalan pergi, Fatar menahan lengannya. Gadis itu menoleh. Matanya melebar tidak percaya. Ada sebersit kerinduan di matanya.

"Fatar?" bisik gadis itu lirih.

"Hey, I'm back." bisik Fatar. Ashqa masih terdiam di tempatnya berdiri. Sebelah tangannya masih  berada di dalam genggaman Fatar.

Ashqa berusaha melepaskan genggaman tangannya dari genggaman tangan Fatar yang tidak seberapa kencang itu. Ashqa menatap Fatar nanar. "Welcome back." bisiknya getir. Fatar segera merengkuh gadis itu ke dalam pelukannya. Fatar bisa merasakan bahunya mulai basah. Ashqa menangis. Fatar tahu karena sejak tadi gadis itu berusaha keras menahan tangis. Lalu Fatar mengelus punggung Ashqa yang gemetar hebat.

"It's okay. Jangan nangis, dong. Aku maunya disambut dengan senyum. Bukan tangisan. Ashqa..," pelukan Ashqa mulai mengendur. Fatar tahu Ashqa tidak menginginkannya. Fatar tahu Ashqa ingin tetap memeluk Fatar. Dan Fatar juga ingin tetap memeluk Ashqa.

"Sekarang, hapus air matanya." Fatar menyodorkan saputangan berwarna putih dan bermotif garis-garis kepada Ashqa.

"Ashqa mau makan dulu?" tanya Fatar setelah tangis Ashqa mulai mereda.

Ashqa mengangguk. "Tapi nggak di sini. Nggak apa-apa, kan?"

Fatar tersenyum sambil mengelus kepala Ashqa. "Terserah Ashqa. Ashqa 'kan tau sendiri aku doyan makan. Jadi nggak masalah."

"Fatar suka makan tapi nggak gemuk-gemuk. Curang." sungut Ashqa. Fatar tertawa mendengar gadisnya merengut.

Fatar melirik jam tangannya. Lalu kembali menoleh pada Ashqa. "Shalat Maghrib dulu, yuk. Takut nggak sempat."

Ashqa melirik ke arah jam tangannya lalu mengangguk. "Aku lagi nggak shalat. Tuh, di sana ada mushallah." Fatar mengangguk lalu segera berjalan ke arah mushallah itu. Mushallah itu sepi. Hanya ada segelintir orang di dalamnya. Ashqa duduk di bagian depan mushallah.

"Aku titip, ya." Fatar menaruh ransel dan kopornya di samping tempat duduk Ashqa. Ashqa mengangguk. Ia memperhatikan Fatar yang sedang mengambil air wudhu di pojok mushallah.

Ashqa menghela nafas. Ponselnya bergetar. Dari Nadine.

Hei! Udah ketemu Yudha? Ashqa membalas, udah.dia lagi shalat. mau titip salam? kurang dari 30 detik, ponsel Ashqa bergetar lagi. make sure you will. ajak dia makan siang bareng dong. Ashqa tersenyum. Lalu membalas lagi, i will, Nad. thanks for being such a good friend.

Saat Ashqa selesai membalas pesan dari Nadine, Ashqa melihat Fatar sedang berjalan menghampirinya.

"Fatar, tadi Nadine nitip salam buat Fatar. Terus dia ngajak kita makan siang besok."

Fatar tersenyum sambil mengenakan Converse-nya. "Sounds good. Tapi aku juga lapar sekarang. Yuk." Fatar berdiri. Meraih ransel dan kopornya di sisi bangku. Ashqa ikut berdiri. Ashqa menggenggam sebelah tangan Fatar yang bebas.

***

"Fatar, aneh nggak, sih. Cuma aku satu-satunya yang manggil kamu Fatar. Padahal yang lain manggil kamu Yudha atau Arif. Bahkan Bunda manggil kamu Yudha. Keluarga kamu juga, kan?"

Fatar tertawa. "Memangnya Ashqa nggak suka manggil aku Fatar? Lagipula aku seneng, kok. Cuma Ashqa satu-satunya yang manggil aku Fatar. It makes you special, you know." Ashqa tersenyum dan menunduk.

"Ngomong-ngomong, kita mau makan di mana?" tanya Fatar sambil memperhatikan argo taksi yang semakin naik.

"Di rumah. Bunda masak spesial. Bunda tau kalau Fatar pulang hari ini. Jadi Bunda mau ngerayain kepulangan Fatar ke Jakarta."

"Yang benar? Wow, I should thank much to Bunda, then." Fatar tertawa. "Eh, tapi ke rumah aku dulu, ya.  Mau ngambil mobil. Jadi nanti aku pulangnya gampang. Aku juga belum ketemu Papa sama Adit."

"Yaudah, nggak apa-apa, kok." Ashqa menoleh ke arah Fatar. Tersenyum. Lalu pandangannya beralih ke luar jendela.

"Hey, it starts to drizzling. Hujan pertama di bulan Desember.." sahut Ashqa riang. Ia kembali menatap Fatar. Sedikit memiringkan kepalanya. "Kenapa?"

Fatar menggeleng. "No," ujarnya. "Kamu suka hujan. Dan aku suka itu."

"The way I love rain...? Or the way I love you?" ujar Ashqa tertawa.

"Both." Jawab Fatar singkat. Ashqa mengangguk. Jawaban seperti itu saja sudah cukup. Ia menyandarkan kepalanya di sebelah bahu Fatar. Memperhatikan jalanan yang basah karena rintik hujan.

Ashqa akan sangat merindukan Fatar. Sekarang, nanti dan selamanya. Juga hujan pertama di bulan Desember ini. Itu pasti.

***

No comments:

Post a Comment