Thursday 23 August 2012

Ditengah Atmosfir Australia #3

Setelah puas memandang kota Melbourne dari dalam Eureka Tower, Jonathan dan Claudie memutuskan untuk berjalan-jalan di luar Eureka Tower. Di bawah naungan sinar matahari yang cukup terik di awal musim dingin ini.

"Sudah berapa kali kau ke Melbourne? Sepertinya kau mengenal kota ini dengan baik." tanya Claudie.

"Ini yang kali kedua." ujar Jonathan.

"Oh ya?" tanya Claudie. "Selain denganku, kau pergi ke Melbourne dengan siapa? Keluargamu?"

"Bukan." Ujar Jonathan singkat. Claudie berharap lebih dari jawaban yang Jonathan lontarkan tadi. "Dengan Cassandra."

Cassandra. Cassandra Yuan tepatnya. Ia teman kuliah Jonathan. Claudie pernah berkenalan dengannya sekali. Cassandra itu keturunan Cina. Bisa dilihat dari nama belakangnya--Yuan. Dulu Jonathan dan Cassandra pernah dekat. Dulu.

"O-oh." hanya itu yang bisa diucapkan Claudie. Konyol memang. Tapi Claudie tidak tahu harus merespon apa.

"Tidak hanya berdua, Die." ujar Jonathan. "Aku pergi ke Melbourne dengan teman-teman kuliah yang lain. James, Anthony--Paman Tacos dan Lily. Kami kesini untuk menonton F1 waktu itu."

"O-oh," ujar Claudie singkat. "Bagaimana kabar Cassandra?"

Jonathan menghela nafas panjang. "Entahlah. Ia jarang menghubungiku. Aku memang masih sering melihatnya di sekitar kampus. Tapi bukankah itu bagus?" tanya Jonathan sambil tertawa kecil.

"Bagus?" mata Claudie melebar. "Bagus apanya?"

"Sekarang sudah tidak ada yang meneleponku lagi--maksudku Cassandra. Asal kau, tahu, Die. Dia terlalu protektif padaku."

"Begitukah? Jadi kau senang karena tidak ada yang memperhatikanmu lagi?" tanya Claudie heran. Jonathan hanya tertawa tanpa menjawab pertanyaan konyol Claudie tadi. Mereka terdiam beberapa saat. Sampai Claudie memekik girang.

"Oh astaga, Joe. Pemandangan disini indah sekali. Aku akan mengambil beberapa foto." Claudie mengeluarkan pocket camera dari tas kecil yang dikalungkan di lehernya. Lalu Jonathan merebut kamera itu dari tangan Claudie dan menyalakannya.

"Sana. Berdiri disitu. Aku akan memotretmu." ujar Jonathan tegas. Kening Claudie berkerut menatap Jonathan. "Apa?" tanya Jonathan begitu ditatap seperti itu oleh Claudie.

"Apa-apaan?" ujar Claudie.

"Apanya yang apa?" Jonathan balik bertanya.

"Aku ingin berfoto bersamamu, you fool!" ujar Claudie.

"Bodoh. Bagaimana bisa? Sudah, aku saja yang memotretmu." ujar Jonathan. Claudie merampas kameranya dari tangan Jonathan dengan muka berang. Claudie melihat keadaan sekeliling. Lalu ia menghampiri seorang wanita berusia pertengahan tiga puluhan yang sedang duduk di bangku taman.

"Excuse me, Ma'am" ujar Claudie kepada wanita itu. "Bisakah anda memotret kami berdua? Maksudku aku dan temanku yang sedang berdiri disana. Bisa?"

Wanita itu tersenyum dan mengambil kamera yang disodorkan Claudie. "Tentu saja. Ayo kalian berdua berpose disana." Claudie berlari kecil menghampiri Jonathan.

"Joe, ayo cepat." ujar Claudie. Jonathan mendengus. Wanita itu sudah bersiap-siap untuk menekan tombol shutter dan mereka berdua--Jonathan tepatnya hanya berpose sederhana.

Klik.

Pemotretan foto selesai.

Claudie berlari kecil menuju wanita itu dan melihat hasil foto yang baru saja di shoot. Jonathan menghampiri dan mencuri-curi pandang untuk melihat foto itu.

"Wah, bagus sekali. Joe, kenapa kau hanya tersenyum tipis? Tidak bisakah kau tersenyum lebar?" Jonathan mendengus ditodong pertanyaan seperti itu. "Tapi ini hasil yang bagus. Terimakasih, Ma'am." Claudie tersenyum pada wanita itu dan wanita itu membalas senyumnya.

"Sama-sama. Oh, ngomong-ngomong pria ini, dia... pacarmu..?"Claudie tersentak. Menoleh ke arah Jonathan yang tampaknya kaget tapi berusaha untuk menyembunyikan kekagetan di raut wajahnya.

"Dia? Pacarku? Haha.. bukan," Claudie tertawa kaku. Jonathan berdeham--kekagetan di raut wajahnya masih tetap terlihat. Tidak ingin menambah suasana makin canggung, wanita itu berkata kepada Claudie dan Jonathan.

"O-oh, baiklah. Berposelah sekali lagi disana. Aku akan memotretmu." Claudie memberikan kameranya kepada wanita itu dan ia berbisik pelan pada Jonathan. Tak lama, Jonathan dan Claudie sudah berdiri bersampingan dan siap untuk di potret. "Sebentar," ujar wanita itu lagi. "Young lady, masukkan lenganmu diantara lengan pria itu." Claudie menganga. Kening Jonathan berkerut. Tapi Claudie menurut saja. Ia memasukkan salah satu lengannya di antara lengan Jonathan. "Kau, pria muda. Tersenyumlah sedikit. Nah, ya, seperti itu." Jonathan tidak tahu kalau jantung Claudie berdetak tiga kali lebih cepat dari biasanya. Dinginnya udara di kota Melbourne sama sekali tidak dirasakannya sekarang karena dengan gerakan pelan, Jonathan memasukkan lengan Claudie yang berada di antara lengannya kedalam saku mantel milik Jonathan yang hangat.

"Wow, what a photo! Foto yang ini bagus sekali. Kalian tampak serasi. Coba lihat," Claudie menghampri wanita itu--masih dengan salah satu lengannya yang berada di dalam saku mantel Jonathan. Ia melihat foto itu dan tersenyum lebar. Jonathan tersenyum di dalam foto itu. Dan ya, foto itu memang bagus. "Kalian tahu? Aku rasa kalian sangat serasi untuk menjadi sepasang kekasih. Kenapa kalian tidak menjalin hubungan yang lebih serius saja?"

***

"Apa kata wanita itu tadi? Kita? Sepasang kekasih? Haha yang benar saja.." ujar Claudie dan tertawa canggung. Ia melirik Jonathan disampingnya. Tak ada reaksi.

"Kita hanya bersahabat kan, Joe? Tidak lebih?" tanya Claudie. Kali ini Jonathan berhenti melangkah dan menatap Claudie.

"Menurut pengakuan orang-orang yang aku kenal, persahabatan antara seorang pria dan wanita itu akan menjadi cinta pada akhirnya." Claudie tersentak. Ia menunduk. "Memang, persahabatan itu tidak menuntut apa-apa. Tapi bagaimanapun," Jonathan menelan ludah dengan susah payah. "Bagaimanapun, asal kau tahu, perasaan cinta itu mengalir dari tempat yang rendah ke tempat yang tinggi. Dimulai dari pertemanan, persahabatan, dan berakhir dengan cinta yang bahagia."

Mereka terdiam selama lima detik. Lalu Jonathan berjalan melewati Claudie yang masih terdiam di tempatnya dan mendongakkan kepalanya perlahan dan menatap punggung Jonathan. Tiga langkah dari tempat ia berdiri, Jonathan berbalik menatap Claudie dan menggedikan kedua bahunya. "Just saying. Tidak ada yang benar-benar tahu bagaimana akhir cerita ini,  kan?"

***

No comments:

Post a Comment