Saturday 18 August 2012

Ditengah Atmosfir Australia #2

"I just can't believe it! We're going to Melbourne. Ya, Tuhan.." ujar Claudie bersemangat. Lebih dari bersemangat malah. Jonathan hanya tertawa kecil disamping gadis mungil itu. "Untung aku tidak ada mata kuliah hari ini. Kau juga kan, Joe?"

Jonathan memandang Claudie dan terdiam. "Tentu saja. Kau ini bodoh atau bagaimana?" Claudie sudah akan membuka mulut tetapi tertahan oleh perkataan Jonathan berikutnya. "Jangan membantah. Aku bicara dulu sebentar. Sampai dimana kita tadi? Oh, ya. Kau bertanya apa aku ada mata kuliah hari ini. A-pa  a-ku  a-da  ma-ta ku-li-ah  ha-ri  i-ni." Claudie mendengus. Bodoh? Apa katanya? Dia bahkan tak jauh bodoh dariku. Gumam Claudie dalam hati. "Kalau aku ada mata kuliah hari ini, aku tidak akan bisa menemanimu pergi ke Melbourne, bodoh." Claudie merengut sepanjang perjalanan ke Qantas Club.

***

"Duduk dulu disana sebentar." Jonathan menunjuk deretan kursi bandara setibanya di Qantas Club dengan dagunya. Claudie mengangguk dan menurut saja. "Ada beberapa hal yang harus aku urus. Tunggu sebentar, ya? Jangan pergi kemana-mana. Kalau kau haus, ada sebotol air mineral di dalam ranselku." Ujar Jonathan dan itu terdengar protektif.

"Demi Tuhan. Aku bukan anak kecil lagi, Joe.." Claudie merengut. Dan Jonathan tersenyum samar.

"Baiklah. Tunggu disini sebentar. Dan dalam sekejap kita akan tiba di Melbourne."

***

"Melbourne! Ya Tuhan, Melbourne, Joe, Melbourne!" pekik Claudie kelewat girang setelah satu setengah jam perjalanan untuk tiba di Melbourne. Jonathan hanya menggeleng setibanya mereka di bandara bagian domestic arrival.

"Yeah. We're in Melbourne now. One of  The World's Most Liveable Cities." ujar Jonathan.

"Here we are," seru Claudie menahan nafas. "Let our adventures begin." Claudie melirik kearah Jonathan dan ia tersenyum mantap sambil mengangguk. Petualangan mereka berdua baru saja dimulai.

"Joe. Kita harus mencari tempat penginapan. Tapi dimana? Yang lokasinya strategis, dan pemandangan yang memukau tentu saja." ujar Claudie.

"Bagaimana kalau di Milano?" tanya Jonathan.

"Terserah.. Aku belum pernah ke Melbourne sebelumnya, jadi aku tidak tahu apa-apa tentang Melbourne." Jonathan terdiam sejenak. Sibuk memandangi pemandangan di kota Melbourne ini.

"Bagaimana kalau kita jalan-jalan dulu? Untuk tempat menginap, kita bisa mencarinya nanti. Bukankah kita disini untuk bersenang-senang? Bukan untuk mencari tempat penginapan, kan? Sudahlah. Ayo ikut aku. Aku tahu tempat yang bisa membuatmu terpukau." Ujar Jonathan sambil mencengkram lengan Claudie kuat. Kuat dan membuat Claudie merasa terlindungi luar dalam.

***

"Apa kau takut ketinggian?" tanya Jonathan pada Claudie. Tangannya masih mencengkram lengan Claudie kuat. Takut Claudie hilang ditengah-tengah kota Melbourne yang cukup padat akan lautan manusia.

"T-Tidak. Memangnya kenapa? Apa tempat yang akan kita kunjungi berada di ketinggian?" tanya Claudie polos.

"Ya. Dan lihat saja nanti. Kalau nanti kau tidak terpukau melihat tempat itu, setidaknya kau akan terpukau karena melihatku." Claudie mendengus. "Hei, asal kau tahu. Jonathan Byer ini memiliki pesona yang, ugh, luar biasa." ia tertawa. Claudie mendengus lagi dan tidak menanggapi perkataan Jonathan tadi.

***

"Eureka Tower? Kau membawaku kemari untuk apa?" Claudie mendongak kearah Eureka Tower yang sangat tinggi menjulang. Dan Ia harus menghalau sinar matahari dengan sebelah tangan untuk bisa melihat Eureka Tower lebih jelas lagi.

"Ya. Seperti yang kaulihat. Sudah puas memandanginya dari luar? Kalau sudah, ayo kita masuk kedalam. Pemandangannya tidak kalah menakjubkan dari dalam." Claudie mengangguk. Jonathan menarik tangannya dan menggenggamnya. Memang tidak seerat genggamannya tadi saat mereka berdua melangkah keluar dari bandara.

"Joe," ujar Caludie polos.  Jonathan hanya menanggapinya dengan gumaman "Hmm". "Gedung ini terdiri dari berapa lantai?"

"Totalnya 92." Claudie menggumam pelan tanda mengerti.

Saat keluar dari lift, Claudie terkejut karena lantainya bening transparan dan Ia bisa melihat kota Melbourme dari bawah. Rasanya takjub, juga takut. Ia berjalan cepat menuju salah satu jendela besar di sudut gedung itu. Dan ia merasa dadanya sesak. Sesak karena senang. Dari jendela itu, kota Melbourne terlihat sangat indah.

"Sebenarnya tempat ini jauh terlihat sangat menakjubkan saat malam hari." ujar Jonathan yang sekarang berdiri tepat disamping Claudie. Memandang kearah yang sama. Kearah kota Melbourne di bawah sana.

Claudie menoleh kearahnya dan tersenyum lebar. "Saat ini juga pemandangannya indah. Aku suka."

Jonathan berdeham. "Baguslah kalau kau suka. Aku sudah bilang padamu tadi kalau tempat ini akan membuatmu terpukau."

"Ya," Claudie memandang lurus kedepan--kearah luar jendela besar itu. "Kau benar. Aku sangat terpukau. Terima kasih, Joe."

"Ya, ya, baiklah. Kau bilang tempat ini sukses membuatmu terpukau. Lalu, bagaimana denganku? Apa aku membuatmu terpukau juga?"

Claudie mendesah. "Oh, astaga. Bagaimana, ya?" ujarnya jenaka. Jonathan menunggu sambil mengangkat kedua alisnya. "Baiklah. Kau juga memu..."

"Yeay! Ternyata benar. Dengan membawamu ketempat seperti ini saja aku berhasil membuatmu terpukau. Bagaimana kalau aku mengajakmu ke... Pegunungan Alpen misalnya? Hahahaha." Jonathan tertawa. Dan itu membuat Claudie terpancing juga untuk ikut tertawa bersamanya. Hari pertama di Melbourne sungguh membuat hati Claudie berdebar-debar dan ia tidak sabar, kejutan apa lagi yang akan diberikan oleh Jonathan Byer untuknya.

***

No comments:

Post a Comment