Pernah nggak sih kalian punya suatu memori, lalu memori itu perlahan-lahan mulai kalian lupakan, berbaur dengan setumpuk memori-memori lain yang memang seharusnya dilupakan?
Seiring berjalannya waktu, memori-memori itu sudah terlupakan. Tetapi masih meninggalkan bekas di sudut. Tapi kalian percaya kalau memori-memori itu akan menghilang dengan sendirinya. Tanpa harus meninggalkan bekas di sudut. Ada yang bersusah payah, mati-matian untuk menghapus memori itu, tapi ada juga yang santai-santai saja.
Suatu ketika, hampir tigaperempat sebuah memori masa lalu sudah terhapus dari dalam benak saya. Sejauh itu, saya tenang-tenang saja. Sabar, seperempat lagi. Begitu yang saya katakan pada diri saya berulang-ulang kali. Dan meskipun memori itu sudah terhapus seluruhnya, tetapi tetap saja akan meninggalkan bekas di sudut.
Apalagi kalau memori itu datang kembali.
Bekasnya tidak hanya tertinggal di sudut. Tapi akan melebar kemana-mana. Partikel-partikel kecil dari tigaperempat memori yang sudah terlupakan itu akan kembali menguap. Melepaskan diri mereka masing-masing. Berlarian, membentuk memori-memori baru. Semakin sulit.
Semakin sulit untuk diterima dan semakin sulit untuk dilupakan.
Baru-baru ini, memori itu datang lagi. Melepaskan ikatan dari partikel-partikel kecil itu. Membiarkan mereka berlarian dengan bebas.
Saya bingung. Mustahil rasanya berlarian menangkap mereka di antara memori-memori yang kembali hidup.
***
nb: Saya mencoba untuk mengambil sisi positif dari partikel memori yang melepaskan diri. Saya berusaha menganggap kalau partikel memori itu adalah ide. Jadi saat partikel itu berlarian dengan bebas, itu berarti ide saya juga mengalir secara liar dan bebas. Lagipula, dengan lepasnya partikel-partikel kecil ini saya menjadi punya kesempatan untuk menulis tentang seseorang yang melepaskan ikatan partikel memori itu, lebih banyak lagi :)
No comments:
Post a Comment