Lotso! Kamu harusnya kan ada di
film Toy Story 3. Kenapa kamu malah ada di film Up?
Lotso. Dia tiba-tiba nyangsang di film Up. Itu bukan tempatnya Lotso. Lotso harusnya ada
di film Toy Story 3. Lotso, kamu salah alamat!
Sama kayak saya. (Mungkin) Harusnya
saya nggak tinggal disini.
(Mungkin) Harusnya saya tinggal sama kamu di Benua
Kangguru sana.
Melewati hari demi hari bersama-sama, duduk di bangku taman berdua sambil menunggu terbenamnya matahari.
Melewati hari demi hari bersama-sama, duduk di bangku taman berdua sambil menunggu terbenamnya matahari.
Meniti tiap detil perasaan
ini. Merajut perasaan ini yang mulai dari sehelai—lalu menjadi selembar. Berdua. Bersama-sama.
(Mungkin) Harusnya saya yang menemani kamu.
(Mungkin) Harusnya saya yang duduk di sebelah kamu.
(Mungkin) Harusnya saya yang membantu kamu berdiri waktu kamu jatuh.
(Mungkin) Harusnya saya yang berada disana—memberi applause waktu kamu selesai memainkan jari-jari kamu diatas tuts-tuts piano itu.
(Mungkin) Harusnya saya yang merasakan adanya energi cinta dari setiap ucapan dan tindakan kamu.
(Mungkin) Harusnya saya sosok yang pertama kali akan kamu lihat saat kamu bangun pagi di tempat tidur.
(Mungkin) Harusnya saya yang membuat sarapan dan bercangkir-cangkir kopi untuk kamu setiap pagi.
(Mungkin) Harusnya saya yang menemani kamu.
(Mungkin) Harusnya saya yang duduk di sebelah kamu.
(Mungkin) Harusnya saya yang membantu kamu berdiri waktu kamu jatuh.
(Mungkin) Harusnya saya yang berada disana—memberi applause waktu kamu selesai memainkan jari-jari kamu diatas tuts-tuts piano itu.
(Mungkin) Harusnya saya yang merasakan adanya energi cinta dari setiap ucapan dan tindakan kamu.
(Mungkin) Harusnya saya sosok yang pertama kali akan kamu lihat saat kamu bangun pagi di tempat tidur.
(Mungkin) Harusnya saya yang membuat sarapan dan bercangkir-cangkir kopi untuk kamu setiap pagi.
(Mungkin) Harusnya saya yang
jadi wanita masa depan kamu.
Ah, sepertinya saya salah
alamat. (Mungkin) Harusnya saya sekarang ada disamping kamu, kan?
Menyandarkan kepala di bahu kamu, menyesap kopi itu. Di malam musim semi. Terus
begini. Sampai musim semi bepuluh-puluh tahun berikutnya.
Tolong, rindu ini sudah tidak
tersematkan lagi.
Doraemon, mana mesin waktunya?
No comments:
Post a Comment