Saturday, 3 March 2012

Sepotong Roti

"Bagaimana?" tanya gadis berambut merah itu dengan harapan di cahaya matanya. Orang yang tadi mendatanginya--seorang gadis dengan topi wol rajut yang rajutannya sudah lepas menggeleng pelan. Mata gadis berambut merah itu berhenti memancarkan sinar. Ia mundur, lalu kembali duduk sambil memeluk kedua lututnya.

"Maaf. Besok aku coba lagi. Makan saja dulu roti yang waktu itu." ujar gadis bertopi wol. Gadis berambut merah mengangguk pelan dan mengambil roti yang di bungkus dengan kantung plastik. Lalu ia membersihkan sedikit demi sedikit jamur yang menempel di atas permukaan roti itu.

"Besok, kalau aku mendapat uang, aku akan membeli roti yang baru." gadis bertopi wol tersenyum pada gadis berambut merah. Gadis berambut merah memotong roti yang sudah tinggal seperempat itu menjadi dua bagian. Untuk dimakan olehnya--dan juga oleh gadis bertopi wol.

"Kenapa mereka semua pelit? Orang-orang dijalan itu, mereka mampu membeli berbotol-botol bir dan berlapis-lapis roti. Tapi mereka tidak mau memberi kita barang 1 penny saja." gadis berambut merah itu berbicara sambil menatap lurus kedepan. Tepat kearah sebuah toko roti yang selalu ramai di datangi pembeli.

Gadis bertopi wol berkata, "Mereka punya kebutuhan masing-masing. Dan kebutuhan mereka lebih banyak dari kita..,"

"Tapi mereka pelit!!" potong gadis berambut merah. "Apa susahnya memberi 1 penny saja? Mereka tidak akan miskin! Setiap hari mereka menghambur-hamburkan puluhan dollar untuk hal-hal yang tidak berguna. Apa susahnya 1 penny saja?!"

"Hei," gadis bertopi wol mengelus kepala gadis berambut merah pelan. "Jangan di pikirkan lagi. Besok aku akan berusaha lebih keras dan aku berjanji aku akan pulang dengan membawa sepotong roti dari toko itu. Dan janji kau tidak akan pergi kemana-mana sebelum aku pulang." Gadis berambut merah itu mengangguk dan mulai melahap roti berjamur yang ada di genggamannya itu.

***

"Oke, aku akan mencari cara agar aku bisa mendapatkan uang. Dan aku akan pulang dengan membawa roti di tangan kananku. Kau jangan pergi kemana-mana, ya. Aku akan segera kembali." gadis berambut merah mengangguk kepada gadis bertopi wol. Dan siluet gadis bertopi wol lenyap di antara kepadatan orang-orang di jalan, seiring dengan turunnya salju.

***

"Hey, aku kembali!" Gadis bertopi wol memegang sebuah kantung plastik dengan roti di dalamnya. Dia baru saja bekerja part-time di toko roti itu dan dibayar dengan sepotong roti. Senyum di bibirnya menghilang seketika saat ia menyadari bahwa gadis berambut merah tidak pada tempatnya. Ia panik. Bukankah tadi ia menyuruhnya agar ia tetap tinggal disini?

Ia keluar dengan tergesa-gesa. Yang ia pikirkan hanyalah, agar gadis berambut merah itu selamat.

"Maggie!" gadis bertopi wol itu menoleh. Ia berderai airmata. Ia menangis. "Adikmu, Lulu, ia... tertabrak..." Lutut gadis bertopi wol itu lemas seketika. Lulu, gadis berambut merah itu, adiknya..., Astaga!

Gadis bertopi wol itu berlari menuju kerumunan orang di depan toko roti itu. Dan ia melihat adiknya--gadis berambut merah itu terlentang di jalan dengan pelipis, tangan dan kaki yang penuh dengan darah.

"Kak," ringisnya pelan. "Ternyata aku salah. Orang-orang itu baik. Tadi ia berkata padaku bahwa ia akan membelikanku roti sebanyak apapun yang aku mau jika aku mengikutinya. Dan tiba-tiba, ia menghilang..,"

"Jangan kau teruskan," tangis gadis bertopi wol itu mulai pecah.

"...Tapi suaranya masih terdengar. Dan disinilah aku. Aku akan memakan roti-roti itu, Kak. Bukan roti berjamur yang biasa kita makan,"

"...Maaf aku tidak menuruti perkataan kakak. Tapi kalau aku tetap tinggal, aku tidak akan pernah bisa memakan roti-roti itu. Oh iya, kakak membawa rotinya? Roti itu kakak makan sendiri saja. Kalau roti kakak sudah habis, aku akan mengirimkan satu pabrik roti yang baru untuk kakak."

"...Aku pergi dulu ya, kak. Kita akan bertemu lagi nanti, di toko roti yang kelak akan aku bangun di..sa...na..."

***

No comments:

Post a Comment