“Kau..” ujarku tergagap. Mencoba mengumpulkan tenaga yang tadi sempat hilang. “Kau memata-mataiku, ya?”
Ia menggedikan kedua bahunya. “Tidak.”
“Lalu apa yang kau lakukan? Berbicara seperti tadi--ah, lupakan.” aku menundukan kepalaku.
“Heh,” ujarnya. “Jangan salah sangka dulu. Aku ingin membeli secangkir latte di kafe ujung jalan sana.” aku membalikan tubuhku. Dan benar saja, sebuah kafe memang berada di ujung jalan sana. Wajahku memerah. Memerah karena kedinginan dan... Malu? Tentu saja.
“Wanna join with me? Two cups of latte--for us?” tawarnya. Aku mendongakkan kepalaku.
Aku menyeringai. “Women don't like question.” aku menirukan kalimat Angelina Jolie di film The Tourist. Film kesukaanku. Kesukaan kami berdua.
“Mhm, join me for dinner?”
“Tadi kau bilang hanya untuk secangkir latte, kan?”
“Itu yang dikatakan Johnny Depp, bukan?” ia tertawa. Merasa puas.
“Aku dikejar deadline.” ujarku sambil melipat kedua tangan di depan dada.
“Di film, Angelina Jolie berhasil makan malam bersama Johnny Depp, kan? Kau mau mengubah alur ceritanya? Kalau begitu akan ada The Tourist season 2 nanti.”
Aku tersenyum menahan tawa. “Kalau aku dipecat oleh bosku, kau harus bertanggung jawab nanti.”
“Tenang saja.” ujarnya.
Aku menatapnya dengan perasaan jengkel. Tapi seulas senyum kembali terukir di bibirku.
Tendangan dan desiran itu kembali terasa lagi.
***
Kami tiba di depan pintu apartementku. Setelah meminum secangkir latte di kafe tadi, ia mengantarku pulang.
“Suasananya tidak berubah, ya.” gumamnya pelan.
Aku menoleh. “Memangnya sudah berapa lama kau tidak kesini? 5 tahun? 'kan baru...” ucapanku terhenti. “5 bulan yang lalu.” aku menurunkan nada suaraku. “Ah, lupakan saja.” Aku tersenyum. Ia terlihat bimbang.
“Kau,” aku menepuk bahunya. “Pulanglah. Diluar makin dingin. Hati-hati dijalan, dan..” aku berjinjit dan menarik kedua telinganya. “Terima kasih untuk lattenya.”
Ia tersenyum samar dan mengacak-acak rambutku perlahan. Lalu ia beranjak pergi dari tempatnya berdiri. Meninggalkanku.
No comments:
Post a Comment