Kalau ditanya, "apa sih yang bikin kamu suka sama dia?", maka saya akan menjawab,
"Saya suka punggungnya."
Iya, saya akan jawab itu. Lalu disusul oleh "selera humornya, senyumnya, tawanya, tatapan matanya--"
"Lho, berarti kamu lihat dia dari fisiknya, dong?"
Iya. Saya nggak mau munafik. Toh, itu cuma punggung.
Cuma punggung.
Yang (kata orang) biasa saja. Yang tidak kekar. Yang tidak bidang. Yang tidak kuat.
Yang tapi bagi saya, menyimpan banyak kekuatan. Yang menyimpan banyak cerita. Yang terlihat tangguh, walau tidak setangguh yang orang-orang kira. Yang dengan melihatnya saja--tanpa mampu menjamahnya--bisa membuat saya tersenyum dalam diam. Yang hangat. Yang nyaman.
Ah, sial. Saya mulai bicara yang tidak-tidak.
Tapi sungguh. Saya suka punggung itu. Saya suka punggungmu itu.
Ah, saya bosan menerka-nerka senyaman apa rasa punggungmu. Boleh nggak sih saya memersetankankan semua hal dan langsung bersandar di punggung kamu saja?
***
No comments:
Post a Comment