Ayah.
Ia segalanya.
Ia yang mengenalkan aku pada Stevie Wonder, Michael Jackson, Lionel Richie, Kenny G..,
Ia yang selalu memberitahuku saat film-film box office kesukaannya tayang di televisi. dan kami akan menontonnya berdua.
Ia yang mengajariku bagaimana caranya membuat tempe goreng yang enak.
Ia yang pertama kali mengenalkan aku pada kamera dan fotografi.
Ia yang paling tau bagaimana caranya membuatku bahagia.
Ia yang tidak pernah marah akan nilai-nilai ulanganku yang jelek.
Ia yang selalu membelikan apa saja yang aku suka--bahkan buku komik seharga ratusan ribu.
Ia yang rela pulang dari kantor pada siang bolong saat mendengar kabar bahwa aku sakit.
Ia yang selalu memperbaiki mainanku yang rusak. Tak peduli seberapa parahnya, ia tetap akan membetulkannya.
Ia yang selalu mengajakku bermain, bahkan bermain banjir-banjiran sampai aku dimarahi oleh nenekku.
Ia yang selalu ada saat aku membutuhkannya.
Ia yang selalu menghabiskan sisa makanan atau minumanku saat aku tidak sanggup lagi untuk menghabiskannya.
Ia orang yang pertama kali setuju dengan ide-ide konyolku saat semua orang tidak menggubrisnya.
Ia yang berusaha mewujudkan semua yang aku pinta. tak peduli seberapa lelah ia berusaha. yang ia inginkan hanyalah agar aku bisa senang.
Ia yang rela pulang-pergi dari jakarta ke bekasi hanya untuk membelikan buku yang aku minta.
Ia yang mengajarkanku banyak hal.
Ia yang tetap tegar dan kuat saat tau kenyataan bahwa kanker itu telah menggerogoti lehernya.
Ia yang masih bisa tersenyum dan tertawa saat tau waktunya hampir tiba.
Ia ayahku.
Ayahku yang hebat. Ia memang bukan ayah terhebat dari yang paling hebat. tapi bagiku, ia hebat. lebih hebat dari ayah terhebat lainnya.
Ayahku dengan rambutnya yang mulai menipis di atas kepalanya,
Ayahku dengan kacamata plus yang selalu bertengger di batang hidungnya,
Ayahku dengan secangkir kopi hangatnya di pagi hari,
Ayahku dengan segala kehebatannya,
Ayahku yang segala-segalanya.
Raga ayahku memang sudah menyatu dan berbaur dengan tanah. tapi jiwanya masih ada. Disini, di sekelilingku, ibuku dan kakakku.
Ayahku masih tetap ayahku yang dulu.
Dengan rambut tipisnya, kacamatanya, cangkir kopinya, tawanya, senyumnya, semangatnya..,
Ayah, terima kasih.
***
26 Desember 1960 - 10 November 2010
***
No comments:
Post a Comment